Bowo's WisdomARTIKEL

May 30, 2008 03:21 oleh Admin
Tuhan memang tidak pernah putus memberi anugerah buat saya. Tiba-tiba saat ini saya berada pada situasi konflik dengan seorang teman lama. SMS 'provokasi' saya ndilalah ditafsirkan sebagai sesuatu yang 'tidak ada tenggang rasa' bagi dia, dan dia tidak suka. SMS terakhir dia menyatakan, dia mau mundur saja dari forum alumni. Saya makin terheran-heran kok bisa sampai kesitu tafsir dan keputusannya. Tapi begitulah faktanya.
 
Di Yahoo Messenger saya menyapa dia, dan dia masih menyatakan ketidaksukaannya dengan cara saya 'memotivasi' dia. Ketika saya tanya seharusnya bagaimana, dia bilang : ya gak tau, anda pakarnya! ... Setidaknya saya tiga kali memberi ilustrasi untuk 'memaksa' dia melihat dari kacamata yang berbeda dengan persepsi dia saat ini. Semua gagal.
 
Saya : "Bozz (ini kata ganti di blog ini untuk nama dia), ada seorang laki-laki yang sedang melaju dengan mobilnya, di sebuah belokan di jalan pegunungan dia tiba-tiba berhadapan dengan seorang wanita bermobil. Laki-laki itu adalah eloe. Tiba-tiba wanita tadi berteriak : "BABIIII" ke arah loe. Apa reaksi loe ?"
 
Dia : "Teriak balik, ELO YANG BABI !"
 
Saya : "Tiba-tiba .. dalam hitungan sepersekian detik .. di belokan itu .. karena eloe berteriak sambil ngeliatin dia .. mobil loe nabrak segerombolan babi yang menyeberang jalan .. mobil loe terjungkal .. eloe luka parah"
 
Dia : "Trus ?"
 
Saya : "So, di peta pikiran loe, eloe menafsirkan perempuan itu sedang MENGHINA eloe. Ngatain eloe. Tapi kenyataannya, dia sedang MEMPERINGATKAN eloe kalo ada babi nyebrang. Dalam kecepatan mobil, dia harus memilih satu kata agar kedengeran eloe, maka dia memilih kata BABI. Maksud sebenarnya MENYELAMATKAN.
 
Dia : "Trus ?"
 
Saya : "Tapi eloe tafsirkan di peta internal loe sebagai PENGHINAAN". Begitulah yang eloe alami terhadap gue barusan. Got it ?
 
Dia : "Nope. Loe menyelamatkan apa ke gue ??"
 
Waktu itu, kalau saya ini anak ABG di sinetron, saya membayangkan akan mengatakan 'Cape deeeh'. Tapi tentu itu ciri-ciri orang yang tidak 'acceptance', tidak ikhlas, dan cenderung meremehkan orang lain. Saya tidak ingin seperti itu. Jika kita menjelaskan sesuatu kepada seseorang dan orang itu tidak mengerti saat itu, sama sekali BUKAN salah dia. Kalau di awal perdebatan dengan teman saya itu, saya bilang kita tidak pernah bisa mengharapkan orang lain berperilaku seperti apa yang saya inginkan (maka kitalah yang menyesuaikan respon terhadapnya), dengan harapan dia bisa menerima 'gaya komunikasi' saya, maka sekarang saatnya saya yang menerima begitulah dia apa adanya.
 
Di tengah 'debat' dengan teman lama saya itu, tiba-tiba teman saya yang lain, Bowo, menginterupsi saya dengan pesan YM "Uwisss .. istirahat ...". Maksudnya, sudahlah, istirahat saja dulu. Jam memang sudah menunjukkan hampir pukul 1 dini hari. Dari situ saya tahu teman saya itu 'mengadukan' persoalan kami ke Bowo. Sewaktu SMP saya 'tidak mengenal' Suro Adi Wibowo -- nama komplit Bowo. Sekarang dia termasuk 'suhu' untuk banyak hal, terutama yang menyangkut urusan motor dan riding. Dia adalah 'anak motor' yang sudah 'karatan', sementara saya baru 'magang' jadi 'anak motor'. Saya sempat 'belajar' dari kisah hidupnya dalam berbagai kesempatan ngobrol. Pengalaman kegagalannya telah mematangkan dirinya.
 
Karena pikiran sudah terbajak emosi, maka saya juga setuju dengan Bowo, tidak bermanfaat untuk diteruskan. Akhirnya kami 'berpisah' di alam maya itu dengan 'su'ul khotimah'. Karena teman saya itu sudah 'mengadu' ke Bowo, akhirnya saya memutuskan sekalian saja saya mengirimkan log pembicaraan YM dengan harapan Bowo bisa memahami konteks dan isi konflik, dan bisa ikut membantu penyelesaiannya.
 
Dalam balasannya, email Bowo berbunyi : "Semua benar, karena kalian berdua memandang satu hal dari persepsi yang berbeda. Lha, kapan ketemunya ? Mungkin salah satu harus menyamakan pola pikirnya, biar balance. Apa bisa balance ? Yang satu Honda CBR 900 cc yang satu Honda Astrea Star. Berarti yang CBR 900 harus menyelaraskan kecepatan dengan Astrea. Karena tidak mungkin Astrea yang ngebut biar mengikuti CBR 900 ! Bisa jatuh atau malah berhenti total. Frustrasi. Nah kalau CBR 900 dan Astrea sudah bisa seiring jalannya, jadi forerider pasti lebih mudah, lebih gampang, karena bisa dipantau di spion. Dalam hal ini kamu CBR 900, dan temen kita Astrea. Dan ini lebih sulit, karena ini ada unsur manusia. Ada emosi!. Anda harus bisa 'ngerem' Pak, biar bisa memantau Astrea. Nanti pasti akan balance dan pengarahan gampang. Good luck bro'".
 
Bowo memang luar biasa. Jika seseorang sudah mendedikasikan dirinya kepada hal apapun -- termasuk dunia motor -- asal dia hidup dan menghidupi bidangnya, ayat-ayat cinta (baca : ayat ayat Tuhan) akan terpancar dari dalamnya. Bahkan motorpun menjadi rangkaian ayat yang bisa membelajarkan dan mencerahkan. Bowo benar, seandainya saya dianggap oleh Bowo sebagai pelari 'sprint', Bowo mengingatkan jangan 'meninggalkan' teman yang pelari 'fun-marathon'. Kebersamaan jauh lebih penting. Jangan sampai finish sendirian, tapi bersama-sama. Membiarkan silaturahmi porak poranda setelah sekian lama terbangun, hanya karena persoalan perbedaan mainan yang dinamakan 'tafsir', hanyalah sebuah kebodohan.... Maturnuwun Mas Bowo...***