Jangan salah tarik pelajaranARTIKEL

Jun 29, 2008 06:03 oleh Admin

Di suatu petang di sebuah cafe, seorang sahabat pemilik cafe bercerita. Beberapa waktu lalu ia ditipu oleh salah seorang teman lamanya yang juga teman lama saya. Ia menceritakan pengalamannya untuk memperingatkan saya agar hati-hati karena ia tahu saya berencana akan ketemuan dengan si teman lamanya ini.

 
Modus operandi teman lama ini adalah menawarkan suatu jasa kepada sahabat saya. Karena memang butuh dan kebetulan ada yang menawarkan -- teman lama lagi -- maka sahabat saya mempercayakan renovasi cafe-nya kepada teman lama ini. Down payment-pun berpindah rekening. Singkat cerita, batas waktu penyelesaian job lewatlah sudah dari jadwal, tapi apa yang diminta sahabat saya dan dijanjikan oleh teman lama ini tak kunjung terwujud. Meskipun akhirnya terwujud juga sekian bulan kemudian tapi kualitas pekerjaan sangatlah buruk dan tidak sepadan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Bukan cuma itu, satu persatu teman dan kolega sahabat saya didatangi oleh teman lama ini, dan nasib mereka tidak jauh beda dengan sahabat saya ini.
 
Sahabat saya juga memberi bonus informasi lain-lain yang menyangkut integritas, kredibilitas, dan 'kelakuan' teman lama ini. Sahabat saya mengatakan kapok berhubungan dengan teman lama ini. Atas pengalamannya ini, ia pernah diberi nasihat oleh temannya : "Makanya, kalo cari teman pilih-pilih". Akibatnya sahabat saya mengaku sekarang berhati-hati dengan orang, dan cenderung pilih-pilih.
 
Setelah ia menuntaskan ceritanya, saya bilang kepadanya, "Hati-hati lho dengan saran orang lain. Dipikir dulu. Kadang-kadang kita diberi saran yang sepintas pantas diikuti dan menjadi 'pelajaran' yang benar, tapi nyatanya malah merugikan".
 
"Maksudnya ?", tanya dia.
 
Saya melanjutkan, "Kenapa eloe dapet pengalaman buruk bekerjasama dengan orang, terus ditarik pelajarannya adalah : ke depan harus pilih-pilih orang?. Coba lihat, apa akibatnya ? Akibatnya adalah eloe menutup kesempatan untuk bersilaturahmi dengan banyak orang. Padahal, justru dengan silaturahmi kita panjang umur dan banyak rejeki".
 
"Jadi, mustinya gimana dong ?", kejar dia.
 
Meskipun saya belajar tentang coaching dimana seorang coach tidak boleh langsung memberi jawaban dan hanya memancing jawaban keluar dari mulut klien sendiri, tapi kali ini saya ingin memberi nasihat dengan cepat.
 
"Emang sih, sakit ditipu temen sendiri. Kalo gue jadi eloe, gue bersyukur, karena dikasih pengalaman berharga ini. Ini berarti kan ilmu loe tentang berbisnis dan bekerjasama makin tambah. Kalau gue jadi eloe, pelajaran yang gue tarik adalah, gue akan belajar lebih dalam dan luas tentang ilmu berbisnis, khususnya ilmu mencari pasangan kerjasama, jadinya besok-besok nggak ketipu lagi. Di saat yang sama, gue tetep nggak akan pilih-pilih temen, nggak akan pilih-pilih orang. Gue bergaul sama siapa saja. Seringkali rejeki dateng dari orang yang nggak kita sangka-sangka sebelumnya ..."
 
Matanya melirik ke kanan atas. KLIK. Seperti mendapatkan pencerahan, warna wajahnya berubah. Tadinya wajahnya agak 'tertekan', sekarang lebih sumringah. Dia tertawa.
 
"Wuihhhhh ! ... bener juga loe Prass .... Tapiiii .. kenapa sih nasihat ini yang ngasih harus eloe ??***