(K)iman yang teguhARTIKEL

Sep 23, 2008 04:10 oleh Admin
Dua jam lagi mendekati bedug maghrib. Jam kantor sudah usai. Saya berencana menjemput isteri ke bandara yang akan mendarat jam 19.40. Itu berarti saya buka puasa di kantor saja, lalu nanti kalau sudah ta'jil, sholat maghrib, dan makan ala kadarnya, saya meluncur ke Cengkareng. Saya lalu berencana untuk memesan makanan buka puasa. Saya menuju pantry dan bertemu dengan Kiman sang OB, Ja'i sang OB juga, dan Pak Iman pengemudi mobil dinas saya. Kiman dan Ja'i adalah office boy di kantor saya yang disekolahkan di STIE Dharma Bumiputera tanpa biaya. Artinya, beasiswa dari yayasan yang saya pimpin. Saya pernah memantau hasil prestasi akademik mereka, dan hasilnya memang lumayan bagus. Beasiswa menjadi tidak sia-sia. Saya hari ini tidak melihat Tommy, sang OB yang lebih junior.
 
Kiman yang bernama lengkap Sukiman adalah sosok office boy yang cukup mendapat perhatian saya dan lingkungan. Ketika 'ditemukan' oleh pengurus yayasan, dia masih menjadi 'kenek' yang membantu pembangunan gedung dimana lembaga ini berada. Ia kemudian 'diambil' menjadi office boy oleh pengurus yayasan sebelum saya.
 
Dalam setiap staff meeting yang saya pimpin, saya dan teman-teman sering dicengangkan dengan komentar, ide, jawaban, yang bagi saya tidak sesuai dengan 'level'nya. Saya lihat dia lebih 'mature' dari usianya. Mungkin berkat pengalaman hidupnya yang keras. Saya banyak belajar dari pikiran-pikiran Kiman yang jujur. Semangat belajarnya juga tinggi. Ketika saya baru masuk menjabat sebagai Ketua Yayasan, Kiman masih menyelesaikan ujian persamaan SMA-nya. Sekarang dia sudah mahasiswa semester V. Itulah yang membuat akhirnya ia saya pilih untuk memberi testimonial/endorsement di buku PROVOKASI saya.
 
Kiman, Tommy, dan Ja'i mengalami perkembangan kepribadian dan karakter yang signifikan. Ja'i yang dulu saya pergoki berwajah datar tanpa senyum dengan mata 'rendah diri', sekarang beda. Ia sekarang lebih necis, sumringah, dan cukup 'berisi'. Kegemarannya latihan futsal menjadi nilai tambah tersendiri, apalagi dia menjadi salah satu andalan tim kampusnya. Tommy sama. Ia punya semangat belajar yang tinggi, komentar spontan yang segar, dan tekun. Hasil kerjanya memuaskan. Toilet yang menjadi tanggungjawabnya sekarang paling sering kinclong dan harum. Pernah dia saya tanya, apa visinya dalam pekerjaan ?, ia menjawab "menjadikan toilet kita seperti toilet hotel bintang lima" ... Alamaaakkk ... luar biasa !!! ..
 
Sore itu, di pantry, saya bilang ke Kiman, "Man, ini bau apa ya ?"
Kiman : "Bau batagor, Pak".
Saya : "Lho, dimana ?"
Jai : "di luar Pak."
Saya : "Loh, baunya sampai di sini ya ?. Ngomong-ngomong, untuk buka puasa nanti saya dapat jatah dari dosen, atau saya musti bayar sendiri ?"
Kiman : "Bayar sendiri Pak, kan bapak hari ini nggak ngajar .."
 
Saya tersenyum puas. Di STIE Dharma Bumiputera tempat dimana semester ini saya mengajar, dosen yang mengajar dapat jatah kolak dan batagor atau siomay. Kebetulan hari ini saya tidak mengajar. Saya adalah orang nomor satu di lembaga yang sudah berusia lebih dari 46 tahun ini. Kiman adalah office boy. Dia berani bilang, saya musti bayar sendiri karena saya memang tidak punya jatah, karena saya memang tidak mengajar hari ini ....
 
Saya bangga kepada mereka. Mudah-mudahan karakter mereka makin kuat, dan siapapun nanti pimpinan lembaga ini setelah saya, mereka tetap teguh dan berani mengatakan apa yang menjadi hak dan kebenaran.
 
Saya : "Seporsi batagor berapa ?"
Kiman : "limaribu, Pak"
Saya : "Nih Man, 20 ribu, beli buat kita berempat ya ..."***