Perhitungan AkuntansiARTIKEL

Aug 29, 2008 08:02 oleh Admin
"Mari kita yakini, hari ini tidak hujan ... hari ini cerah ...", begitu ajakan saya kepada audience dalam acara silaturahmi menyambut ramadhan di rumah saya. Sedari pagi awan memang tampak mendung. Sesekali ada sinar matahari, tapi itu tidak lama. Waktu menunjukkan pukul 12. Awan semakin gelap.
 
Saya mengundang teman-teman kantor. Karena jumlahnya banyak, saya memutuskan menyewa tenda, kursi, dan meja untuk makanan.
 
Jam 1 siang, harapan saya tidak bisa membendung tetes-tetes hujan turun. Dalam hitungan detik, hujan turun dengan lebat. Tempias dimana-mana. Rumput tergenang. Tanpa pusing-pusing, saya langsung menggeser kursi meja di dalam rumah, dan menggelar karpet dan tikar. Beberapa teman yang sudah 'terbiasa' segera membantu saya. Hadirin saya evakuasi ke dalam rumah dan ternyata karena ada beberapa teman yang tidak hadir, rumah saya cukup untuk menampung seluruh yang hadir. Acara dilanjutkan dengan taushiyah oleh ustadz Bachtiar Nasir. Sedianya ustadz dijadwalkan memberi taushiyah jam 11, tapi karena ada keperluan mendadak, ustadz baru bisa hadir jam 2 siang.
 
Dalam pengantar sebelum ustadz memulai ceramahnya, saya menyampaikan : "Nah, bapak, ibu, dan teman-teman ... Apapun yang kita alami, kalau kita acceptance, kita selalu mendapat yang terbaik yang diberikan Allah. Bayangkan, seandainya tadi taushiyah dimulai jam 11 sebagaimana rencana semula, berapa orang yang baru hadir ?. Begitu ustadz minta di reschedule jadi setelah makan siang, Allah kemudian menurunkan hujan deras agar bapak, ibu dan teman-teman tidak pulang ..."
 
Sore hari, ketika semua tamu telah pulang, di depan televisi ibu saya bilang, "Yah, percuma dong nyewa tenda ... akhirnya acaranya di dalam rumah juga ... dari awal kek pake karpet aja, jadi kan nggak mubazir ...". Tenda, kursi, dan meja makan di halaman samping rumah saya itu akhirnya memang cuma terpakai 2 jam.
 
Saya jawab, "Percuma, rugi, itu kan perhitungan akuntansi bu. Aku sih seneng udah ngasih rejeki untuk tukang tenda, jadi tukang-tukang tenda itu punya nafkah hari ini ..."
 
Ibu saya tersenyum sambil mengacungkan jempol kepada saya. Saya menghampiri beliau, dan mencium pipinya ...***